Rabu, 31 Desember 2014

Review Novel No Signature



           Apakah diantara kalian ada yang tahu William Bell? Jika iya, berarti kalian harus membaca novel yang satu ini. Novel yang berjudul No Signature ini sebenarnya novel jadul yang kebetulan saya temukan di perpustakaan sekolah. Saya kurang tahu apakah ada versi terjemahannya atau tidak, karena saya mendapatkan yang berbahasa inggris yang asalnya dari perpustakaan JIS (entah bagaimana bisa sampai ke sekolah saya).
            Novel ini menceritakan tentang remaja laki-laki sekolah menengah yang bernama ‘Whick’ Chandler. ‘Whick’ bukanlah nama aslinya, dia mendapatkan nama ‘Whick’ dari teman-temannya karena dulu dia berbadan kurus tak berbentuk (ceking). Masalah itu akhirnya dapat teratasi setelah datangnya murid pindahan bernama ‘Hawk’ yang mengajaknya ikut gulat.
            ‘Whick’ suka sekali mengingat masa lalu. Pada awal cerita kita akan diajak melihat masa lalunya. Dulu sewaktu dia kecil,  dia akan bangun pagi-pagi untuk menyalakan mesin pembuat kopi. Selagi menunggu ayahnya bangun, ‘Whick’ bermain dengan permainan yang bisa dirakit (semacam lego) berbagai macam rupa atau mungkin menggambar. Ayahnya bilang ‘Whick’ mirip dengannya. ‘Whick’ kecil sangat mengagumi ayahnya sampai-sampai menganggapnya sebagai pahlawan.
            Suatu hari, seperti biasa ‘Whick’ selalu menunggu kepulangan ayahanya. Tetapi hari itu ayahnya tidak pulang ke rumah bahkan hari-hari esoknya pun tetap begitu. Ketika dia pergi melihat meja kerja ayahnya, tidak ada apapun di sana. Semuanya bersih.
            Tidak lama setelah kejadian itu, setiap seminggu sekali ‘Whick’ mendapat sebuah surat aneh. Surat itu berisi alamat rumah ‘Whick’, sebuah foto disuatu tempat, dan stempel ‘DAD’. Tidak ada tulisan di dalamnya, bahkan tidak ada tanda tangan. Setelah sekian lama mendapat surat aneh tersebut. ‘Whick’ merasa marah, mengapa ayahnya pergi begitu saja? mengapa ayahnya meninggalkannya tanpa sebab? Akhirnya dia membuang semua mainan dan alat lukisnya. Dia tidak mau seperti ayahnya. Dia bahkan merobek-robek surat aneh yang selama ini dia simpan di kotak sepatu NIKE miliknya. Dia berkata pada ibunya bahwa dia merasa senang kalau ayahnya sudah tidak ada di rumah lagi.
            Kembali ke masa awal, ‘Whick’ kembali membuka surat-surat aneh tersebut untuk mencari keberadaan ayahnya. Satu alasan bagi ‘Whick’ mengapa dia harus mencari ayahnya: untuk mengetahui alasan mengapa dia pergi tanpa sebab.
            Novel ini ditulis dengan menggunakan sudut pandang pertama pelaku utama, yaitu ‘Whick’ sendiri. Menurut saya, permasalahan yang diangkat dalam novel ini sangatlah out of box. Kalian bisa merasakan sendiri kejutan apa yang diberikan oleh William Bell pada novel yang jika dilihat dari sampul bukunya terkesan misteri ini.
Sumber: http://www.collectionscanada.gc.ca/read-up-on-it/015020-7006-f.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar