Apakah
diantara kalian ada yang tahu William Bell? Jika iya, berarti kalian harus
membaca novel yang satu ini. Novel yang berjudul No Signature ini sebenarnya
novel jadul yang kebetulan saya temukan di perpustakaan sekolah. Saya kurang
tahu apakah ada versi terjemahannya atau tidak, karena saya mendapatkan yang
berbahasa inggris yang asalnya dari perpustakaan JIS (entah bagaimana bisa
sampai ke sekolah saya).
Novel ini menceritakan tentang
remaja laki-laki sekolah menengah yang bernama ‘Whick’ Chandler. ‘Whick’
bukanlah nama aslinya, dia mendapatkan nama ‘Whick’ dari teman-temannya karena
dulu dia berbadan kurus tak berbentuk (ceking). Masalah itu akhirnya dapat
teratasi setelah datangnya murid pindahan bernama ‘Hawk’ yang mengajaknya ikut
gulat.
‘Whick’ suka sekali mengingat masa
lalu. Pada awal cerita kita akan diajak melihat masa lalunya. Dulu sewaktu dia
kecil, dia akan bangun pagi-pagi untuk
menyalakan mesin pembuat kopi. Selagi menunggu ayahnya bangun, ‘Whick’ bermain
dengan permainan yang bisa dirakit (semacam lego) berbagai macam rupa atau
mungkin menggambar. Ayahnya bilang ‘Whick’ mirip dengannya. ‘Whick’ kecil
sangat mengagumi ayahnya sampai-sampai menganggapnya sebagai pahlawan.
Suatu hari, seperti biasa ‘Whick’
selalu menunggu kepulangan ayahanya. Tetapi hari itu ayahnya tidak pulang ke
rumah bahkan hari-hari esoknya pun tetap begitu. Ketika dia pergi melihat meja
kerja ayahnya, tidak ada apapun di sana. Semuanya bersih.
Tidak lama setelah kejadian itu,
setiap seminggu sekali ‘Whick’ mendapat sebuah surat aneh. Surat itu berisi
alamat rumah ‘Whick’, sebuah foto disuatu tempat, dan stempel ‘DAD’. Tidak ada
tulisan di dalamnya, bahkan tidak ada tanda tangan. Setelah sekian lama
mendapat surat aneh tersebut. ‘Whick’ merasa marah, mengapa ayahnya pergi
begitu saja? mengapa ayahnya meninggalkannya tanpa sebab? Akhirnya dia membuang
semua mainan dan alat lukisnya. Dia tidak mau seperti ayahnya. Dia bahkan
merobek-robek surat aneh yang selama ini dia simpan di kotak sepatu NIKE
miliknya. Dia berkata pada ibunya bahwa dia merasa senang kalau ayahnya sudah
tidak ada di rumah lagi.
Kembali ke masa awal, ‘Whick’
kembali membuka surat-surat aneh tersebut untuk mencari keberadaan ayahnya.
Satu alasan bagi ‘Whick’ mengapa dia harus mencari ayahnya: untuk mengetahui
alasan mengapa dia pergi tanpa sebab.
Novel ini ditulis dengan menggunakan
sudut pandang pertama pelaku utama, yaitu ‘Whick’ sendiri. Menurut saya,
permasalahan yang diangkat dalam novel ini sangatlah out of box. Kalian bisa merasakan sendiri kejutan apa yang
diberikan oleh William Bell pada novel yang jika dilihat dari sampul bukunya
terkesan misteri ini.
Sumber: http://www.collectionscanada.gc.ca/read-up-on-it/015020-7006-f.html |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar