Jumat, 15 Januari 2016

Pasar dan Pendapatan Nasional



   A.      Jenis-jenis Pasar
Penggolongan pasar berdasarkan strukturnya memiliki pengertian, yaitu penggolongan produsen pada beberapa bentuk pasar berdasarkan pada banyaknya produsen, jenis produk yang dihasilkan, mudah tidaknya keluar atau masuk ke dalam industri dan peranan iklan dalam kegiatan industri.

1.      Pasar Persaingan Sempurna
Pasar persaingan sempurna merupakan bentuk pasar di mana jumlah pembeli dan penjualnya banyak, dan barang yang diperjualbelikan homogen menurut anggapan konsumen. Pasar persaingan sempurna merupakan pasar yang paling ideal, yaitu segala sesuatunya diserahkan kepada mekanisme pasar tanpa ada campur tangan dari pemerintah atau pihak manapun. Ciri-ciri pasar persaingan sempurna:
·         Barang yang diperjualbelikan bersifat homogeny atau sama.
·         Jumlah penjualnya sangat banyak.
·         Jumlah pembeli sangat banyak.
·         Penjual dan pembeli tidak bisa memengaruhi harga, mereka hanyalah penerima harga (price taker).
·         Ada kebebasan bagi penjual untuk keluar masuk pasar.
·         Pembeli dan penjual mempunyai informasi yang sempurna  tentang pasar.
·         Harga yang berlaku di pasar, murni hasil interaksi antara permintaan dan penawaraan (mekanisme pasar) tanpa campur tangan pemerintah atau pihak manapun.

2.      Pasar Monopoli
Pasar monopoli merupakan pasar yang terdapat satu produsen atau penjual dan banyak pembeli. Monopoli di Indonesiaa biasanya dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), hal ini biasanya sudah diatur oleh undang-undang. Ciri-ciri pasar monopoli:
·         Hanya ada satu penjual atau produsen.
·         Ada banyak pembeli atau konsumen.
·         Penjual atau produsen di sini memiliki kekuatan penuh dalam menentukan harga (price maker).
·         Ada hambatan yang besar bagi produsen baru yang akan memasuki pasar.

3.      Pasar Oligopoli
Pasar oligopoly merupakan pasar yang hanya terdapat beberapa penjual atau produsen. Jumlah produsennya biasanya berkisar antara 2-10. Ciri-ciri pasar oligopoli:
·         Barang yang diperjualbelikan bersifat homogeny terdiferensiasi. Masing-masing mempunyai cirri khas dan kelebihan yang sangat mudah dibedakan.
·         Hanya ada beberapa penjual atau produsen, biasanya lebih dari dua dan kurang dari sepuluh.
·         Ada banyak pembeli atau konsumen.
·         Penjual mempunyai kekuatan untuk memengaruhi harga, masing-masing produsen memiliki kekuatan untuk menentukan berapa harga jual dari produk yang diproduksi.
·         Ada hambatan bagi produsen baru untuk memasuki pasar. Pasar yang ada biasanya sudah dikuasai produsen yang sudah ada sebelumnya.

   B.      Pengertian dan Konsep Pendapatan Nasional
1.      Perputaran  Roda Perekonomian
Pertumbuhan ekonomi suatu negara biasanya dihitung berdasarkan pertumbuhan ril dari GDP negara tersebut, yakni seberapa besar GDP negara bertambah secara ril dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ini dihitung dengan cara membagi nilai dari output suatu sektor ekonomi pada tahun tertentu dengan nilai output sektor tersebut pada tahun sebelumnya dan dikali 100 % kemudian dikurangi 100. Bila GDP mengalami pertumbuhan yang tinggi berarti pendapatan masyarakat juga akan mengalami pertumbuhan yang tinggi, terlepas dari siapa atau kelompok mana dari masyarakat yang menerima pendapatan tersebut.
·         Pengeluaran Agregat (Aggregate Spending)
Seperti diterangkan diatas bahwa GDP dapat dihitung dari sisi pengeluaran aggregate (Aggregate Spending) pelaku ekonomi dalam suatu negara. Pengeluaran aggreaget ini sama dengan Permintaan Agregat karena konsekuensi dari permintaan adalah adanya pengeluaran oleh rumah tangga, investor, pemerintah dan eksportir untuk membeli barang dan jasa.
Pengeluaran Aggregate dapat dikelompokkan atas empat komponen, yaitu:
1.      pengeluaran konsumsi rumah tangga,
2.      pengeluaran invesatasi oleh pengusaha (bisnis),
3.      pengeluaran pemerintah, dan
4.      permintaan luar negeri.
·         Pengeluaran Konsumsi
Merupakan bagian terbesar dari permintaan agregat yaitu berupa permintaan dari konsumen terhadap barang dan jasa yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Konsumsi ini memegang peranan penting dalam perekonomian menurut teori Keynesian karena akan menentukan output dan pendapatan masyarakat suatu negara.

2.      Metode Penghitungan Pendapatan Nasional
Dalam menghitung pendapatan nasional, diperlukan metode atau cara. Metode tersebut disesuaikan dengan objek yang akan dihitung. Metode perhitungan pendapatan nasional dibagi menjadi tiga metode, yaitu sebagai berikut :
·         Metode Produksi
Menurut metode produksi (production approach), produk nasional atau Produk Domestik Bruto diperoleh dengan menjumlahkan nilai pasar dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor di dalam perekonomian dalam periode tertentu. Dengan demikian, PNB atau GDP menurut metode ini, jumlah dari harga setiap masing-masing barang dan jasa dikalikan dengan jumlah atau kuantitas barang dan jasa yang dihasilkan. Pendapatan nasional menurut metode produksi dapat dirumuskan sebagai berikut :

Y=(Q1.P1)+(Q2.Q2)+…(Qn.Pn)
Keterangan :
Y = Produk Nasional atau Produk Domestik Bruto (PNB atau GDP)
P = Harga Barang dari unit ke-I hingga unit ke-n
Q = Jumlah barang dari jenis ke-I hingga jenis ke-n

PNB atau GDP diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah (value added) yang dihasilkan oleh berbagai sector perekonomian. Hal ini dilakukan untuk menghindari penilaian yang terlalu tinggi atas output yang diproduksi dengan perhitungan ganda (double accounting), baik barang jadi dan jasa jadi maupun barang setengah jadi dan jasa yang masih harus diolah. Untuk itu hanya nilai tambah pada setiap tahap proses produksi tersebut yang dimasukkan dalam perhitungan pendapatan nasional. Dalam hal ini, GDP atau PNB merupakan penjumlahan dari nilai tambah sektor pertanian ditambah nilai tambah di sektor manufaktur dan seterusnya.

Pendapatan nasional menurut metode produksi dapat dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh hasil produksi masyarakat dari seluruh lapangan usaha di dalam satu tahun diukur dengan nilai uang. Komponen-komponen pembentuk pendapatan nasional menurut metode produksi terdiri atas sebelas sektor, yaitu :
1.      Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
2.      Pertambangan dan penggalian
3.       Industri dan pengolahan
4.       Listrik, gas, dan air minum
5.       Bangunan
6.       Perdagangan, hotel, restoran
7.       Pengangkutan dan telekomunikasi
8.       Bank dan Lembaga keuangan lainnya
9.       Pemerintahan dan Pertahanan
10.  Jasa-jasa lainnya

·         Metode Pengeluaran
Menurut metode pengeluaran, pendapatan nasional adalah penjumlahan seluruh pengeluaran yang dilakukan seluruh rumah tangga ekonomi (RTP, RTK, RTG, dan Rumah Tangga Luar Negeri) di dalam suatu negara selama periode tertentu, biasanya satu tahun.

Pendapatan nasional menurut metode pengeluaran dapat dihitung dengan cara menjumlahkan pengeluaran yang dilakukan seluruh rumah tangga ekonomi. Dengan demikian, komponen-komponen pendapatan nasional menurut metode pengeluaran terdiri atas empat komponen, yaitu sebagai berikut :
1.      Konsumsi (Consumption), yaitu pengeluaran yang dilakukan rumah tangga konsumen, yang ditulis dalam rumus dengan lambang C.
2.      Investasi (Investment), yaitu pengeluaran yang dilakukan rumah tangga produsen, yang ditulis dalam rumus dengan lambang I.
3.      Pengeluaran Pemerintah (Government Expenditure), yaitu pengeluaran yang dilakukan rumah tangga pemerintah, , yang ditulis dalam rumus dengan lambang G.
4.      Ekspor dan Impor (Export-Import), yaitu pengeluaran yang dilakukan rumah tangga Luar Negeri, yang ditulis dalam rumus dengan lambang X dan M.

Komponen pembentuk pendapatan nasional tersebut menurut pendekatan pengeluaran dapat dicerminkan dalam rumus sebagai berikut :
Y = C + I + G + (X – M)
Keterangan :
Y = Pendapatan Nasional
C = Pengeluaran konsumsi Rumah Tangga Konsumen (RTK)
I = Pengeluaran Investasi Rumah Tangga Produsen (RTP)
G = Pengeluaran pemerintah dari Rumah Tangga Pemerintah (RTG)
X = Ekspor
M = Impor

·         Metode Pendapatan/Penerimaan
Menurut metode pendapatan, pendapatan nasional adalah hasil penjumlahan seluruh penerimaan yang diterima para pemilik faktor produksi di dalam suatu negara selama periode tertentu (biasanya satu tahun). Pendapatan nasional menurut metode penerimaan merupakan penjumlahan dari sewa, upah, bunga modal, dan laba yang diterima masyarakat pemilik faktor produksi selama satu tahun yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
Y = r + w + i + p
Dengan demikian, komponen-komponen pembentuk pendapatan nasional menurut metode pendapatan/penerimaan terdiri atas empat komponen, yaitu :
1.      Sewa (rent) yang diterima pemilik faktor produksi alam.
2.      Upah (wages) atau Gaji (Salary) yang diterima pemilik faktor produksi tenaga kerja
3.      Bunga modal (interest) yang diterima pemilik faktor produksi modal.
4.      Laba (profit) yang diterima pemilik faktor produksi kewirausahaan (entrepreneurship)

3.      Masalah dan Keterbatasan Perhitungan PDB
a.      Perhitungan PDB dan Analisa Kemakmuran
Perhitungan PDB akan memberikan gambaran ringkas tentang tingkat kemakmuran suatu negara, dengan cara membaginya dengan jumlah penduduk (disebut PDB per kapita).
b.      Perhitungan PDB dan Masalah Kesejahteraan Sosial
Umumnya ukuran tingkat kesejahteraan yang dipakai adalah tingkat pendidikan, kesehatan dan gizi, kebebasan memilih pekerjaan dan jaminan masa depan yang lebih baik. Ada hubungan yang positif antara tingkat PDB per kapita dengan tingkat kesejahteraan sosial. Makin tinggi PDB per kapita, tingkat kesejahteraan sosial makin membaik. Hubungan ini dapat dijelaskan dengan menggunakan logika sederhana. Jika PDB per kapita mkin tinggi, maka daya beli masyarakat, kesempatan kerja serta masa depan perekonomian makin membaik.
c.       PDB Per Kapita dan Masalah Produktivitas
Untuk memperoleh perbandingan produktivitas antar negara, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:
Jumlah dan komposisi penduduk : Bila jumlah penduduk makin besar, komposisi-nya sebagian besar adalah penduduk usia kerja (15-64 tahun) dan berpendidikan tinggi (> SLA), maka tingkat output dan produktivitasnya dapat makin baik.
d.      Penghitungan PDB dan Kegiatan-kegiatan Ekonomi Tak Tercatat (Underground Economi)
Angka statistik PDB Indonesia yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik hanya mencatat kegiatan-kegiatan ekonomi formal. Karena itu, statistik PDB belum mencerminkan seluruh aktivitas perekonomian suatu negara. Misalnya, upah pembantu rumah tangga di Indonesia tidak tercatat. Begitu juga dengan kegiatan petani buah yang langsung menjual produknya ke pasar.

Sumber :
Mulyani,Endang.2014.Ekonomi 1 Untuk Kelas X SMA dan MA.Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
http://rahmayantiblog.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-dan-konsep-konsep-pendapatan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar