Minggu, 05 Oktober 2014

Kebudayaan Keluarga



Kebudayaan Keluarga

Setiap keluarga pasti memiliki sebuah kegiatan ataupun kebiasaan yang ditanamkan atau dibiasakan kepada seluruh anggota keluarganya. Begitu pula dengan keluarga saya, kami diajarakan untuk selalu menghormati orang yang lebih tua. Salah satunya yaitu dengan tidak menggunakan bahasa pergaulan seperti: gue, elo, atau hanya memanggil namanya saja tanpa panggilan kakak atau abang dan sebagainya ketika sedang berbicara dan selalu menghormati satu sama lain. Dalam keluarga kami pertengkaran antar saudara hampir tidak pernah terjadi. Kami selalu beranggapan saudara seperti teman, tetapi kami mengetahui batasan-batasan apa yang boleh dan yang tidak.

Hampir sebulan sekali kami membersihkan got rumah kami. Itu dikarenakan ke khawatiran orang tua ketika hujan besar datang mungkin banjir akan menerjang. Selain itu juga agar aliran air lancar sehingga jentik-jentik nyamuk akan sedikit yang berkembang biak. Selain itu kami lebih sering mengerjakan apapun sendiri tanpa meminta bantuan tukang, kecuali dalam keadaan mendesak atau memang harus menggunakan tenaga ahli.

Karena berlatar belakang sarjana hukum, ayah saya selalu menginginkan anaknya disiplin dalam hal apapun, seperti waktu belajar, makan, main, istirahat, dll. Adik saya selalu terjaga sampai pagi sehingga kedua orang tua saya tidak mungkin ikut terjaga juga demi menemaninya. Sehingga dilakukan sistem siapa yang tidak kerja atau sekolah atau kuliah lah yang akan menemaninya sampai ia tertidur. Selain itu kami tidak pernah dimanjakan oleh kedua orang tua kami. Hal ini dilakukan agar nantinya ketika sudah dewasa kami bisa menjalani kehidupan kami sendiri dengan mandiri tanpa merasa takut ataupun canggung dalam hal bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain.

Pasti setiap keluarga memiliki aturan dan juga keadaan rumah tangga yang berbeda-beda. Terkadang seorang anak tidak bisa menerima aturan yang orang tua berikan kepada mereka sehingga mereka menjadi pembangkang dan berani melawan. Karena setiap keluarga memiliki keunikan tersendiri ataupun cirri khas, ada baiknya kita sebagai seorang anak berpikir dahulu apa maksud orang tua dibalik semua aturannya, jangan hanya mengikuti emosi saja yang nantinya akan menyesatkan jiwa dan raga kita. Jadi janganlah malu dengan kebudayaan keluargamu sendiri.

Perbedaan IPS dengan ISD



Perbedaan IPS dengan ISD

Sebelum kita dapat mengetahui apa perbedaan dari IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) dengan ISD (Ilmu Sosial Dasar), ada baiknya kita mengetahui  definisi  dari masing-masing disiplin ilmu tersebut.

IPS adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia dalam lingungan hidupnya atau dengan masyarakat sekitarnya. Didalam IPS terbagi-bagi lagi menjadi sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, dan sebagainya yang akan diajarkan dari jenjang SD sampai SMA. Untuk SD dan SMP ilmu-ilmu ini dijadikan satu bahan pembelajaran yang disebut IPS. Sedangkan di SMA ilmu ini hanya akan didapatkan di program studi IPS saja dengan ketentuan ilmu-ilmu yang pada awalnya digabung akan berdiri sendiri-sendiri. Pembelajaran ini diberikan untuk menolong siswa agar bisa mengenali dirinya maupun orang lain beserta lingkungannya.

ISD adalah disiplin ilmu yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Namun, ilmu ini berbeda dengan seni dan humaniora karena menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk metoda kuantitatif dan kualitatif. ISD bukan penggabungan dari ilmu-ilmu sosial yang dipadukan. Ilmu ini diberikan khusus pada saat di perguruan tinggi sebagai mata kuliah umum untuk kepentingan pengajaran di Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa lebih peka terhadap lingungan sosialnya serta dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan maupun teknologi yang telah dipelajarinya ke dalam masyarakat.
Tujuan Ilmu Sosial Dasar:
  1. Memahami dan menyadari adanya kenyataan-kenyataan sosial dan masalah-masalah sosial yang ada dalam masyarakat.
  2. Peka terhadap masalah-masalah sosial dan tanggap untuk ikut serta dalam usaha-usaha menanggulanginya.
  3. Menyadari bahwa setiap masalah sosial yang timbul dalam masyarakat selalu bersifat kompleks dan hanya dapat dipelajari.
  4. Mamahami jalan pikiran para ahli dari bidang ilmu pengetahuan lain dan dapat berkomunikasi dengan mereka dalam rangka penanggulangan masalah sosial yang timbul dalam masyarakat.

Dari penjabaran tersebut dapat kita lihat perbedaan yang mendasar antara IPS dengan ISD,  yaitu:
1.      IPS diajarkan dijenjang pendidikan SD sampai SMA, sedangkan ISD lebih diajarkan di perguruan tinggi
2.      IPS terdiri dari berbagai macam disiplin ilmu baik ketika digabungkan seperti dijenjang SD dan SMP ataupun menjadi program studi di SMA, sedangkan ISD lebih menekankan kepada penalaran mahasiswa mengenai masalah sosial, politik maupun lingkungannya dengan logis, kritis, dan sistemastis
3.      IPS lebih diarahkan kepada konsep-konsep ilmu pengetahuan dan intelektual, sedangkan ISD mengarah kepada pembentukan kepribadian yang professional dan diharapkan dapat memiliki kepribadian yang baik ketika nantinya akan kembali lagi ke masyarakat.

Daftar Pustaka: